INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI'UN SANG KIAI YANG MENYALAKAN CAHAYA

Di negeri yang dulu berselimut kelam, di antara rimba yang belum bertepi, jalan masih samar, jembatan belum terbentang, dan laut memisahkan desa-desa sunyi.

Namun ia datang, membawa cahaya, bukan lentera di genggaman, melainkan ilmu di dada, dan iman di jiwa.

"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)

Ia kayuh sampannya melawan ombak, meniti gelombang dengan sebaris doa, bukan pujian yang ia cari, melainkan hati-hati yang kering, untuk ia sirami dengan ayat-ayat suci.

Di gubuk-gubuk kecil, di surau yang sunyi, ia ajarkan huruf Alif kepada tangan mungil, hingga dari bibir-bibir kecil itu, mengalun ayat-ayat yang melangit, menggetarkan bumi yang dulu kelu.

Ia adalah penanam benih di tanah yang tandus, memupuknya dengan cinta dan sabar, hingga kelak, tumbuh pohon-pohon ilmu, yang akarnya kuat di bumi, dan dahannya menjulang ke langit.

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ia bukan hanya guru, bukan hanya pemimpin, ia adalah jembatan sebelum jembatan dibangun, ia adalah cahaya sebelum lampu-lampu menyala.

Kini ia telah pergi, ombak tak lagi mengantarnya berlayar, jalan-jalan yang dulu gelap, kini terang, tapi di setiap jejaknya, ada doa-doa yang tak henti mengalir.

"Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Semoga Allah menyambutnya di taman keabadian, di tempat di mana cahaya tak pernah padam, dan kami yang ditinggalkan, akan terus mengenangnya, dalam doa yang tak pernah usai.

0 Komentar

Ads